Hati Yang Lembut
September 1, 2010
Hati lembut, seolah-olah ia bagaikan tanah yang subur, mudah di olah untuk bercocok tanam. Kelembutannya menjadikan tanaman hidup subur, akar umbi mudah menjalar kemana mana
Hati yang lembut adalah lapak yang baik untuk menerima segala ajaran dan peringatan dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, menyambut baik semua nasihat. Malah hati yang lembut juga adalah jambangan yang subur bagi iman, bagi tertegaknya sifat-sifat taqwa yang membawa kebahagiaan hidup di dunia dan lebih-lebih lagi di akhirat.
Hati yang keras itu biasanya dikaitkan dengan pengaruh syaitan atau iblis, kerana iblis itu dijadikan daripada api, api itu memberi kesan buruk terhadap hati. Apabila hati sudah keras, menyebabkan sukar untuk mendengar dan membenarkan firman Tuhan, sulit untuk menerima nasihat Rasul.
Orang-orang yang beriman itu dikehendaki agar berusaha untuk mencari sesuatu yang dapat melembutkan hati, menjauhkan dari perkara yang bisa mempengaruhi hati dari nasihat Allah dan rasul-Nya.
Kehidupan di dunia terlalu banyak perkara yang bisa mempengaruhi hati sehingga bisa melalaikannya dari mengingati Allah, dunia adalah di antara anasir yang boleh mempengaruhi hati. Yang dimaksudkan dengan dunia ialah setiap perkara yang tidak membawa kebaikan kepada manusia di akhirat, inilah dunia yang dipandang tidak berharga oleh Rasulullah s.a.w.
Dunia bukanlah terhenti kepada persoalan benda, karena ada ketika urusan akhirat akan terganti menjadi dunia. Sebagai contoh, ibadah solat adalah suatu kefardhuan dari Allah, walau bagaimanapun apabila solat itu didirikan karena mau menunjukkan kepada manusia [ ria ]maka solat yang demikian itu tidak mendatangkan kebajikan untuk kehidupan diakhirat, bahkan Allah menjanjikan neraka kepada orang yang karena urusan akhiratnya sudah terganti menjadi dunia.
Rasulullah s.a.w merasa heran dengan sikap sebagian manusia yang sering menngaku ‘ini harta aku, ini milik aku’, mereka bangga dengan dunia dan harta yang di’aku’ nya itu.
Sedangkan harta itu menurut Rasulullah s.a.w hanya terbagi menjadi tiga.
Pertama, harta yang fana atau punah, yaitu harta yang dimakan.
Harta itu setelah masuk ke dalam perut manusia akhirnya ia akan dikeluarkan menjadi najis, setelah itu tidak ada seorangpun yang berbangga dengan najis itu, malah tidak ada yang mau mengakui sebagai miliknya lagi.
Kedua, harta yang akan buruk, seperti pakaian, kendaraan dan sebagainya. Semua harta tersebut akan melalui proses keusangan, dan setelah ia buruk tidak ada siapa yang menghendakinya lagi. Pakaian buruk mungkin akan jadi lap kaki, jika kendaraan buruk akan menjadi besi karat dan terbuang.
Ketiganya ialah harta yang diberikan kepada manusia, sama ada dalam bentuk nafkah atau sedekah dan hadiah, harta itu adalah harta simpanan bagi seseorang. Walaupun pada zahirnya harta tersebut sudah berganti hak milik karena diberikan kepada orang lain, namun pada hakikatnya harta tersebut adalah merupakan saham atau tabungan bagi seseorang di sisi Allah Subhanahu wa Taala yang berupa ganjaran pahala.
Harta yang ketiga itulah sebenar-benar harta yang menjadi milik seseorang di sisi Allah Taala, selain dari itu hanyalah dunia yang akan binasa atau menjadi usang dan tidak berguna lagi.
Ilustrasi Picture : “Zen Gallery“
Advertisement
Tidak ada komentar:
Posting Komentar